BannerFans.com
PAKET ROLLOVER "MENABUNG SEKALI MENDAPAT PULUHAN JUTA BERKALI-KALI TANPA BATAS....."

Tinggalkan Deposito, Saatnya Alihkan Uang Anda ke Saham

Berinvestasi bagi masyarakat harus menjadi tren gaya hidup. Jangan lagi hanya berpikir sebatas 'menabung' dan menempatkan dana di deposito yang konon instrumen investasi paling aman. Mulailah beralih ke saham. Mengapa?

Indikator sederhana adalah peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 46,13% ke level 3.703,512 sepanjang 2010, dan diprediksi terus berlanjut di tahun ini.

Menurut hasil riset PT Bahana TCW Investment Management, strategi berinvestasi di 2011 adalah meminimalisir alokasi likuiditas, baik kas atau deposito. Pasalnya kelebihan likuiditas menjaga suku bunga tetap rendah, sehingga perolehannya tidak dapat menutup inflasi.

Mari kita mencermati pergerakan suku bunga pada jenis investasi deposito. Sejak tahun 2005, pemerintah yang memangkas alokasi subsidi BBM serta kejadian krisis global yang dahsyat di 2008, menyebabkan bunga deposito terus menurun. Hingga perolehan bunga obligasi tidak dapat melawan inflasi, utamanya dari komoditas makanan dan pendidikan.

Memang pada saat krisis 1998 lalu, pemerintah menjadi secara penuh menjamin dana masyarakat yang disimpan di deposito. Jadi lupakan anggapan bahwa deposito sebagai investasi yang menguntungkan dan aman.

Pemangkasan subsidi BBM memang menimbulkan inflasi dan mengakibatkan suku bunga naik. Namun ternyata dampak positifnya adalah, kepercayaan investor terutama asing, malah meningkat.

Selanjutnya, bukan hanya asing yang membeli obligasi pemerintah, tapi juga perbankan domestik. Hasil penjualan obligasi negara telah meningkatkan tambahan dana perbankan, bahkan melebihi keperluan untuk penyaluran kredit yang sebenarnya sudah meningkat.

Akibatnya, kelebihan dana tersebut ditampung dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan pada akhirnya menjadi beban bank sentral.

Bank Indonesia (BI) menjadikan instrumen suku bunga sebagai pengendali inflasi lewat penyerapan likuiditas. Jika likuiditas rupiah diserap, maka bisa terjadi penguatan yang menurunkan risiko inflasi. Selama uang bank di SBI tinggi, bank relatif tak begitu membutuhkan dana masyarakat seperti tercermin pada relatif rendahnya suku bunga deposito.

Solusi alternatif berinvestasi adalah saham. Saham sektor komoditi masih menjadi salah satu penggerak utama investasi di pasar saham. Namun harapan kenaikan saham tidak akan sebesar tahun lalu.

"Kami kira harapan saja keuntungan mengikuti rata-rata historis 20%, sesuai dengan long term GDP nominal growth Indonesia," jelas Direktur Riset dan Investor Relation Bahana TCW, Budi Hikmat.

Investasi pada jenis surat utang atau obligasi korporasi juga layak dilirik. Investor dapat memilih obligasi korporasi dengan credit rating yang bagus, ketimbang obligasi negara. Pemetaan yield obligasi negara untuk tenor 10 tahun, pada akhir 2010 berada di level 7,6%. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi 10 tahun yang sebesar 8,3%.

"Memang inflasi tahun 2011 bisa kurang dari 8,3%, sehingga yield obligasi negara sangat menarik. Namun investor mesti siaga mengamankan diri saat inflasi melonjak," ucapnya.

Alternatif investasi lain bisa dilakukan di dalam perusahaan non listed melalui private equity fund. Terlebih saat harga saham dan obligasi dianggap mahal, sementara bunga obligasi terjaga rendah.

Keuntungan berinvestasi di private equity fund adalah dividen. Selain itu, ada potensi keuntungan yang lebih besar saat bisnis perusahaan dilepas ke pasar modal sebagai perusahaan publik.

Grab This Comment Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar